PROFIL: Real Madrid, Raksasa Pelaku Sejarah
Selama lebih satu abad Real Madrid tak sekadar membangun
tradisi sebagai raksasa dengan banyak gelar juara dan rekor, tapi memberi
kontribusi bagi pengembangan sepakbola Spanyol, Eropa, dan dunia.
Real Madrid mungkin klub dengan sejarah paling panjang.
Mereka tak hanya sarat prestasi, tapi banyak melahirkan inovasi, dan peletak
dasar industri sepakbola Eropa.
Tidak keliru jika FIFA menempatkannya sebagai klub paling
sukses sepanjang abad ke-20, dengan 31 gelar Primera Liga Spanyol, 16 Piala
Spanyol, sembilan gelar Piala dan Liga Champions, dan dua trofi Piala UEFA.
Madrid adalah founding member FIFA, pendiri G-14 -- organisasi klub-klub
terkemuka Eropa yang kini tukar nama menjadi Asosiasi Klub Eropa.
Selama lebih satu abad Real Madrid dikenal dengan dua nama
lain; Los Merengues dan Los Blancos. Namun kedua julukan itu sempat hilang,
ketika di tahun 1980-an wartawan Julio César Iglesias mempopulerkan nama La
Quinta del Buitre. Lalu di masa kepemimpinan Florentinao Perez (2000-2006),
Real Madrid dikenal dengan nama Los Galacticos.
La Quinta del Buitre mengacu pada sosok Emilio Butragueno
yang tampil tak ubahnya burung pemakan bangkai, serta empat rekan yang
menopangnya; Miguel Pardeza, Manuel Sanchiz Hontiyuelo, Michel, dan Martin
Vasquez. Nama ini masih digunakan meski Pardeza meninggalkan klub, dan
memperkuat Real Zaragoza tahun 1986. Awal 1990-an, julukan ini lenyap bersamaan
dengan perginya Butragueno, Michel, dan Martin Vasaquez.
Julukan Los Galacticos mengacu pada bintang-bintang yang
diboyong selama rejim Florentino Perez; Luis Figo, Roberto Carlos, Zinedine
Zidane, Ronaldo, David Beckham, serta satu bintang lokal Raul Gonzales. Untuk
semua itu, Perez berani melakukan tindakan kontroversial; salah satunya
memboyong Figo dari Barcelona -- seteru abadinya -- dengan harga tertinggi. Tak
berapa lama kemudian Madrid menggulingkan rekor pemain termahal Figo, ketika
memboyong Zidane dari Juventus.
David Beckham diboyong untuk meningkatkan penjualan merchandise,
dan mendongkrak brand name Real Madrid. Sampai saat ini era Los Galasticos
masih menjadi perdebatan; berhasil atau tidak. Yang pasti, sebelum Beckham
datang, Galacticos masih bisa meraih satu gelar domestik dan trofi Liga
Champions. Setelah itu selama tiga musim Madrid tidak memenangkan apa pun.
Sejarah singkat
Sebelum 1897, penduduk Madrid tak mengenal sepak bola.
Olahraga ini diperkenalkan sejumlah profesor dan pelajar Institución Libre de
Enseñanza, dengan mendirikan Football Club Sky tahun 1897, yang bermain setiap
Minggu pagi di Moncloa.
Klub terpecah menjadi dua di tahun 1900; New Foot-Ball de
Madrid dan Club Español de Madrid. Dua tahun kemudian Club Español de Madrid
terpecah lagi, dan menghasikan pembentukan Madrid Football Club pada 6 Maret
1902.
Setelah tiga tahun berdiri, Madrid FC memenangkan gelar
pertamanya dengan mengalahkan Athletic Bilbo di final Piala Spanyol. Klub ini
pula yang menjadi pendiri Asosiasi Sepakbola Spanyol pada 4 Januari 1909. Saat
itu klub dipimpin Adolfo Meléndez.
Tahun 1920, klub berganti nama menjadi Real Madrid. Adalah
Raja Alfonso yang memberi nama Real, atau Royal, kepada klub itu. Sembilan
tahun kemudian liga sepakbola Spanyol pertama didirikan. Si Putih meraih gelar
Primera Liga Spanyol pertama tahun 1931, tahun berikut meraihnya lagi, dan
menjadi klub pertama yang dua kali berturutan meraih gelar liga.
Tahun 1945 Santiago Bernabeu Yeste menjadi presiden. Di
bawah kepemimpinannya Stadion Santiago Bernabeu dan Ciudad Deportiva dibangun
kembali, setelah rusak pada perang sipil. Tahun 1953, Bernabeu memperkenalkan
strategi memboyong pemain berkelas dunia dari luar negeri. Salah satunya, dan
yang paling terkenal, adalah Alfredo di Stéfano. Jadilan Real Madrid klub
multinasional pertama di dunia.
Tahun 1955, terinspirasi tulisan Gabriel Hanot -- wartawan
dan editor L'Equipe mengenai pembentukan Copa Latina, turnamen yang melibatkan
klub-klub Prancis, Spanyol, Portugal, dan Italia -- Bernabeu bertemu Bedrignan
dan Gusztáv Sebes di Hotel Ambassador di Paris, dan membentuk turnamen yang
kini bernama Liga Champions.
Madrid mendominasi Piala Champions dengan meraih trofi itu
tahun 1956 sampai 1960, dan berhak atas trofi original dan hak mengenakan
simbol UEFA sebagai penghargaan. Tahun 1966, Madrid memenangkan Piala Champions
kali keenam dengan mengalahkan FK Partizan 2-1 di final. Saat itu Madrid telah
benar-benar menjadi tim dengan pemain dari berbagai kebangsaan, dan dijuluki
Ye-Ye Team.
Ye-Ye berasal dari yeah, yeah, yeah, chorus lagu Beatles
berjuluk She Loves You, karena sebelum laga empat anggota Real Madrid berpose
dengan pakaian Beatles dan wigs di surat kabar Dario Marca. Generasi Ye-ye juga
mencapai final Piala Champions 1962 dan 1964, tapi gagal menjuarainya.
El Derbi madrileño
Fans Real Madrid melihat Atletico Madrid sebagai viable
rival. Meski didirikan tiga pelajar Basque di tahun 1903, Atletico Madrid
populer karena didukung para pembelot dari Marid FC. Namun bukan itu yang
membuat hubungan fans kedua tim tegang sepanjang massa. Pendukung Madrid berasal
dari kelas menengah, fans Atletico kebanyakan dari kelas pekerja.
Keduanya bertemu kali pertama pada 21 February 1929. Madrid
memenangkannya. Rivalitas keduanya menyita perhatian internasional ketika di
tahun 1959 bertemu di semifinal Piala Champions. Madrid memenangkan leg pertama
2-1 di Bernabeu, tapi kalah 1-0 di Metropolitano. Laga diulang, dan Madrid
menang 2-1.
El Clásico
Rivalitas Real Madrid dengan Barcelona merupakan produk
ketegangan politik Castilians dan Catalan. Madrid adalah pusat pemerintahan dan
keluarga kerajaan. Di era diktator Jenderal Franco, Madrid merepresentasikan
kekuatan centripetal konservatif.
Di sisi lain, hampir semua ide modernisasi politik;
republikanisme, feneralisme, anarkisme, sindikalisme, dan komunisme,
diperkenalkan di Spanyol dan menguat di Barcelona. Fashion, filosofi, dan seni,
masuk ke Spanyol lewat Barcelona, sebelum diterima seluruh negeri.
Rivalitas keduanya tidak hanya berlangsung di Primera Liga
Spanyol, tapi juga di Eropa. Serta tidak hanya di dalam lapangan, tapi juga di
semua aktivitas bisnis olahraga. Di tahun 2000, kepergian Luis Figo ke Real
Madrid memicu kemarahan publik Katalan.
Stadion
Real Madrid beberapa kali pindah stadion. Mereka pernah
bermain di Campo de O'Donnell selama enam tahun, sejak 1912. Lalu pindah ke
Campo de Ciudad Lineal, yang hanya berkapasitas 8,000 penonton.
Pada 17 Mei 1923, Madrid pindah Estadio Chamartín, yang
berkapasitas 22.500 penonton. Dua dekade kemudian, Santiago Bernabeu Yeste
melihat Estadio Chamartín tak layak lagi. Sebuah stadion baru dibangun, dan
diresmikan pada 14 Desember 1947. Stadion itulah yang saat ini dikenal sebagai
Stadion Santiago Bernabeu.
Stadion semula mampu menampung 120 ribu penonton, tapi
dimordenisasi dengan tidak boleh ada penonton berdiri, menjadi berkapasitas
80.354 kursi.
Pada 9 Mei 2006, Stadion Alfredo Di Stefano diresmikan. Di
tempat inilah Madrid menjalani latihan. Stadion ini berkapasitas 5.000
penonton, dan fans hanya menyaksikan tim mereka berlatih.
Keuangan
Berbeda dengan kebanyakan klub-klub di Eropa, Madrid --
sejak berdiri hinga saat ini -- dimiliki dan dijalankan oleh socio, atau
anggota kelompok fans.
Anggota socio membeli tiket musiman. Jumlah mereka mencapai
68.670, dan merekalah yang menjadikan Madrid sebagai klub yang mampu menarik
penonton terbanyak. Pada musim 2004-2005, jumlah penonton meningkat menjadi
rata-rata 71.900 per pertandingan.
Di bawah Florentino Perez, musim 2000-2006, Madrid
menjalankan ambisinya menjadi klub terkaya di dunia. Perez menjual kamp latihan
ke kota Madrid tahun 2001, dan melepas kepemilikan atas empat anak perusahaan;
Repsol YPF, Mutua Automovilística de Madrid, Sacyr Vallehermoso dan OHL, untuk
membayar utang dan membeli Luis Figo, Ronaldo, Zinedine Zidane, dan David
Beckham, yang membuat mereka dijuluki Los Galacticos.
Usai musim 2004/2005, Madrid mengakhiri status Manchester
United sebagai klub berpenghasilan tertinggi di dunia selama delapan tahun.
Penghasilan Madrid naik 17 persen menjadi £190m, berkat keberhasilan
mengeksploitasi pasar Asia. Setelah era Perez berakhir, Madrid kembali berada
di bawah MU.
Statistik dan Rekor
Manuel Sanchís Hontiyuelo masih memegang rekor tampil dengan
721 kali berlaga sebagai pemain inti antara 1983 sampai 2001. Forward
Santillana di tempat kedua dengan 643 kali.
Iker Casillas paling banyak berada di bawa mistar Madrid,
dengan 418 kali. Luis Figo menjadi pemain Madrid yang paling banyak memperkuat
tim nasional, yaitu 127 kali mengenakan kostum Portugal.
Alfredo di Stéfano masih memegang rekor gol sepanjang masa,
dengan 307 gol dalam 396 laga antara 1953 sampai 1964. Rekor gol Stefano di
Eropa, 49 gol dari 58 pertandingan, bertahan sampai 2005. Adalah Raul Gonzales
yang melewatinya di tahun 2005.
Di Stéfano juga memegang rekor klub sebagai pencetak gol
terbanyak di liga, dengan 216. Raul Gonzales berpeluang melampauinya, karena
saat ini sang kapten telah membuat 211 gol di liga, dan 304 di seluruh
kompetisi.
Gol tercepat dalam sejarah klub dibuat Ronaldo. Striker asal
Brasil itu melakukannya ke gawang Atletico Madrid, 3 Desember 2003, dalam waktu
15 detik.
Resminya, penonton terbanyak di Santiago Bernabeu terjadi
dalam laga Piala Raja 2006, yaitu 83.329. Namun saat ini kapasitas stadion
Madrid hanya 80.354. Rata-rata penonton tertinggi dalam satu musim adalah
76.234, yang dibuat musim 2007/2008. Ini juga yang tertinggi di Eropa.
Madrid paling banyak meraih gelar domestik; yaitu 31, dan
memegang rekor juara lima kali berturutan sepanjang musim 1960-1965. Madrid
juga memegang rekor tak terkalahkan paling panjang di dunia, yaitu 121 kali
sepanjang Februari 1957 sampai 7 Maret 1965.
Di Eropa, Si Putih memegang rekor juara Piala/Liga Champions
dengan sembilan kali, dan paling banyak tampil di semifinal, yaitu 21 kali.
Raul Gonzales masih menjadi topscorer Liga Champions dengan 64 gol.
Madrid paling banyak berpartisipasi di Liga Champions,
dengan 15 kali berturutan sepanjang 1955/56 sampai 1969/70. Nilai transfer
Zinedine Zidane dari Juventus ke Madrid tahun 2001, sebesar £45.8 million,
masih belum terlampaui. Namun rekor penjualan pemain baru dibuat Madrid musim
panas 2008, ketika melepas Robinho ke Manchester City dengan harga £32.5
million.