Fauzanozan1st.blogspot.com - Tradisi untuk membangunkan orang agar bangun untuk makan sahur memang sudah cukup memasyarakat di sejumlah daerah di Indonesia. Istilah-istilah yang digunakan untuk menyebut tradisi ini pun sangat bermacam dan berbeda-beda di setiap daerah. Misalnya, di daerah Pantura warganya menyebut tradisi ini dengan istilah Komprekan, Cirebon menyebutnya dengan Obrok-burok, Tektekan di Jawa Timur dan di Semarang disebut dengan Dekdukan. Tidak hanya di pulau Jawa, di luar Jawa juga terdapat tradisi seperti ini, di daerah Gorontalo misalnya terdapat tradisi serupa yang disebut Tumbilotohe. Namun apapun namanya, semua tradisi ini memiliki satu kesamaan yakni bertujuan membangunkan masyarakat agar tidak sampai melewatkan sahur. Berikut beberapa tradisi membangunkan sahur lainnya yang berhasil dikumpulkan Fauzanozan1st.blogspot.com
Ngarak Bedug atau Beduk Saur (Jakarta)
Tradisi membangunkan orang untuk sahur juga dilakukan warga ibu kota. Hanya saja, tiap wilayah menyebut tradisi ini dengan nama yang berbeda. Untuk masyarakat Betawi Joglo, Palmerah, Rawabelong, Condet, Buncit hingga ke daerah Tangerang menyebutnya dengan Ngarak Beduk. Sedangkan warga betawi yang bermukim di daerah timur Jakarta, seperti Bekasi sering menyebutnya dengan Beduk Saur.
Tradisi
Ngarak Beduk atau Beduk Saur telah dilakukan sejak ratusan tahun yang
lalu oleh masyarakat Betawi. Konon, kota Jakarta pada masa itu masih
banyak berupa wilayah hutan. Sehingga untuk membangunkan orang sahur,
orang-orang Betawi pada masa itu mengandalkan suara beduk, begitu juga
untuk menandakan waktu imsyak dan berbuka puasa.
Kemudian,
saat budaya masyarakat Betawi terpengaruh budaya Tionghoa, tradisi
membangunkan sahur dilakukan dengan menggunakan petasan. Suaranya yang
nyaring dan membuat kaget orang, menjadi alasan mengapa petasan
digunakan untuk membangunkan sahur. Maklum saja, kala itu petasan memang
menjadi alat komunikasi yang efektif. Hal ini terbukti dengan
penggunaan petasan dalam acara-acara pernikahan dan kegiatan lainnya.
Tapi
seiring dengan berjalannya waktu, yakni memasuki abad ke 19, tradisi
untuk membangunkan sahur mulai menggunakan peralatan yang lebih modern
dan tidak lagi menggunakan petasan. Mereka mulai menggunakan alat musik
tradisional, seperti kentungan, rebana dan genjring yang dipadukan
dengan suara beduk. Suara dari alat musik ini diperindah dengan
pembacaan puisi atau lagu-lagu Betawi.
Biasanya
dalam tradisi ini jumlah pesertanya dapat mencapai puluhan orang.
Diantara mereka mendapatkan tugas masing-masing. 2 orang yang mengarak
beduk yang dibawa menggunakan gerobak, 1 orang menarik gerobak dan
satunya memukul beduk. Ada yang kebagian membawa kentongan bambu,
membawa rabana hingga membawa genjring. Sebagian yang lain berteriak
membangunkan orang dan bernyanyi lagu Betawi. Tak jarang kesenian
Ondel-ondel juga terlibat didalamnya. Bahkan pada masa itu, tradisi
Ngarak Beduk sering di perlombakan antar kampung. Namun sayang kini
tradisi ini mulai luntur dan tidak diminati lagi.
Ubrug-Ubrug (Kuningan)
Seni
ubrug-ubrug di sebelah timur kota Kuningan untuk membangunkan sahur
sudah ada sejak tahun 1970. Setiap menjelang puasa, sekelompok pemuda
akan membentuk tim terdiri dari 10 orang yang masing-masing 5 orang
membawa genjring, 2 orang membawa kohkol (kentongan bambu), 1 penabuh
bedug, dan 2 lainnya mendorong gerobak bedug.
Jika
didengarkan, perpaduan suara genjring, bedug dan kohkol menjadi satu
alunan musik tradisonal yang berbeda dari musik lainnya. Meskipun tidak
menggunakan pengeras suara,
teriakan yang membangunkan orang untuk sahur tetap lantang terdengar
sehingga masyarakat pun dapat dibangunkan untuk santap sahur.
Percalan (Salatiga)
Pada
bulan puasa, anak-anak dan para pemuda tidak akan tidur di rumah,
melainkan di Mushola. Pada sekitar jam 2 malam mereka akan bangun,
kemudian membawa tetabuhan seperti kentongan bambu, besi bekas, bedug,
ember bekas, yang kemudian akan dipukul dengan memadukan irama yang enak
di dengar. Selanjutnya mereka akan berkeliling kampung dan membangunkan
para warga supaya bangun untuk melaksanakan makan sahur. Tradisi ini
disebut dengan percalan. Tradisi ini telah dilaksanakan dari puluhan
tahun yang lalu dan dilestarikan sampai sekarang oleh masyarakat di
Salatiga.
Bagarakan Sahur (Kalimantan Selatan)
Bagarakan
sahur merupakan aktivitas sekelompok pemuda Kalimantan Selatan yang
bangun di tengah malam selama bulan puasa dengan tujuan membangunkan
umat Muslim untuk makan sahur. Tidak ada catatan yang menyebutkan awal
mula dilakukannya bagarakan ini. Namun tradisi bagarakan sahur ini sudah
sejak lama berlangsung secara turun temurun.
Sebenarnya tradisi bagarakan sahur ini, tidak jauh berbeda dengan aktivitas pemuda di daerah lain di Nusantara, pada malam bulan Ramadhan.
Biasanya di daerah hulu sungai di Kalimantan Selatan, para pemuda
menggunakan perlengkapan berupa alat musik, seperti babun, agung, dan
seruling. Untuk daerah Barabai, ada juga yang melakukan bagarakan sahur
ini menggunakan gerobak, yang ditarik oleh seekor sapi. Kemudian mereka
berkeliling kampung memainkan berbagai peralatan yang dibawanya untuk
membangunkan masyarakat.
Dengo-Dengo (Sulawesi Tengah)
Masyarakat
Kota Bungku, Morowali, Sulawesi Tengah, memiliki tradisi yang mereka
sebut dengan dengo-dengo yang berfungsi untuk membangunkan umat Muslim
untuk melaksanakan Sahur. Dengo-dengo sendiri dalam bahasa Indonesia
berarti tempat beristirahat. Dengo-dengo merupakan sebuah bangunan yang
menjulang setinggi hampir 15 meter. Terbuat dari batang bambu sebagai
tiang penyangga, menggunakan lantai papan dengan ukuran 3x3 meter
persegi dan beratap daun sagu didirikan dengan cara gotong royong oleh
warga menjelang datangnya bulan Ramadhan.
Dengo-dengo
sudah hadir di Bungku sejak awal masuknya Islam sekitar abad ke-17
untuk menyerukan kepada warga agar bangun saat sahur dini hari. Bangunan
ini juga dilengkapi dengan sebuah gong, gendang, dan rebana serta
ditunggui sekitar delapan orang warga. Hampir setiap rukun tetangga (RT)
memiliki sebuah dengo-dengo. Pada saat menjelang waktu Sahur, para
penjaga dengo-dengo itu menabuh gong dan gendang serta rebana sehingga
warga akan terbangun dari tidurnya untuk melaksanakan Sahur.
Nah, sekian dulu ya... Nanti pasti fauzanozan1st.blogspot.com ngasih informasi menarik lainnya. Tapi jangan lupa like and follownya ya sobat. Kritik dan saran bisa anda tulis di kotak komentar. Terima Kasih.
Sumber Referensi :
http://www.berbagaihal.com/2011/07/tradisi-membangunkan-sahur-di-indonesia.html