Fauzanozan1st.blogpot.com - Nah, bagi
kita yang sering mengunakan transportasi kereta api, atau cuma
sekedar bepergian dengan moda transportasi ini, pasti harus ke sebuah
tempat yang bernama Stasiun. Stasiun kereta api adalah tempat di mana
para penumpang dapat naik-turun dalam memakai sarana transportasi kereta
api. Tata tulis di papan nama stasiun di Indonesia
adalah warisan sejak zaman perkeretaapian Belanda. Pada papan nama
stasiun yang dibangun pada zaman Belanda, umumnya memuat informasi nama
stasiun dan dilengkapi dengan angka-angka tertentu, misalnya Stasiun
Bandung di belakangnya ada tulisan +709 m.
Angka itu menunjukkan ketinggian stasiun tehadap permukaan air
laut dalam satuan Meter. Tanda (+), berarti di atas permukaan air laut,
sedangkan tanda (-) berarti di bawah permukaan air laut. Untuk kasus di
atas, berarti stasiun Bandung terletak pada ketinggian 709 meter di
atas permukaan laut. Ketinggian stasiun ini dapat digunakan untuk
menentukan waktu tempuh dan kecepatan kereta yang akan berjalan dari
satu stasiun ke stasiun yang lain. Jika menanjak tentu membutuhkan waktu
yang lebih lama daripada perjalanan ke stasiun yang lebih rendah
ketinggiannya. Ini akan jadi panduan, baik untuk masinis maupun petugas
yang sedang membuat Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka).
Sekilas tentang Stasiun Kereta Api
Selain
stasiun, pada masa lalu dikenal juga stasiun kecil atau bisa juga
disebut halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun
kereta api. Untuk daerah/kota yang baru dibangun mungkin stasiun
portabel dapat dipergunakan sebagai halte kereta. Pada umumnya, stasiun
kecil memiliki tiga jalur rel kereta api
yang menyatu pada ujung-ujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur
dengan alat pemindah jalur yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain
sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila
terjadi persimpangan antar kereta api sementara jalur lainnya digunakan
untuk keperluan cadangan dan langsir.
Pada
stasiun besar, umumnya memiliki lebih dari 4 jalur yang juga berguna
untuk keperluan langsir. Pada halte umumnya tidak diberi jalur tambahan
serta percabangan. Pada masa lalu, setiap stasiun memiliki pompa dan
tangki air serta jembatan putar yang dibutuhkan pada masa kereta api masih ditarik oleh lokomotif uap.
Karena
keberadaan stasiun kereta api umumnya bersamaan dengan keberadaan
sarana kereta api di Indonesia yang dibangun pada masa zaman Belanda,
maka kebanyakan stasiun kereta api merupakan bangunan lama yang dibangun
pada masa itu. Sebagian direstorasi dan diperluas, sedangkan sebagian
yang lain ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Kebanyakan kota
besar, kota kabupaten, dan bahkan kecamatan di Jawa dihubungkan dengan
jalur kereta api sehingga di kota-kota tersebut selalu dilengkapi dengan
stasiun kereta api.
Pada
zaman Belanda, jalur rel selalu bermuara di Pelabuhan (Tj. Priok dan
Tj. Perak, Belawan) karena dimaksudkan lebih utama mengangkut hasil
bumi. Sedangkan stasiun kecil di pedalaman merupakan pusat pengumpul
hasil bumi. Sekarang kereta api lebih diutamakan untuk angkutan
penumpang
Peron stasiun
Peron
adalah tempat naik-turun para penumpang di stasiun, jadi peron adalah
lantai pelataran tempat para penumpang naik-turun dan jalur rel melintas
di stasiun. Sekarang ada dua macam konstruksi lantai peron, yaitu yang
dibuat sebelum Perang Dunia II umumnya dengan lantai rendah, memang pada
waktu itu belum ada pemikiran peron tinggi yang memudahkan para
penumpang naik-turun kereta. Sedangkan bentuk kedua adalah yang dibangun
setelah Proklamasi umumnya dengan lantai modifikasi yang ditinggikan.
Di beberapa stasiun seperti stasiun Tanah Abang, seperti halnya
kebanyakan stasiun kereta di Jepang, para penumpang tidak dapat
menyeberang jalur begitu saja, melainkan harus melalui jembatan
penyeberangan.
Kereta
buatan sebelum tahun 1920 umumnya mempunyai tangga untuk turun ke
bawah. Sedangkan kereta buatan sebelum tahun 1941 mempunyai tangga di
dalam. Karena pada umumnya stasiun didirikan sebelum Perang Dunia II,
maka lantai peron sama dengan lantai stasiun. Akibatnya para penumpang
akan sulit turun-naik dari peron lama yang rendah, sedangkan kereta yang
beroperasi kini pada umumnya dibuat setelah tahun 1965 yang berlantai
dengan tangga yang tinggi. Pada peron lama, para penumpang dengan
leluasa menyeberang dan melintas jalur rel, dan hal ini sangat berbahaya
sekali bahwa para penumpang menjadi berbaur dengan kereta api.
Nah sekian dulu ya sobat fauzan, jangan lupa like and follownya, eiiitt... satu lagi kritik dan saran dapat ditulis di kotak komentar.
Sumber referensi : http://www.berbagaihal.com/2011/05/arti-angka-di-belakang-nama-stasiun.html