
Dunia
saat ini dihantui oleh isu global warming yang dalam waktu tidak lebih
dari seabad akan menunjukkan akibatnya dan berpotensi
memporak-porandakan peradaban manusia. Bencana-bencana yang dipicu
karena ketidakstabilan iklim mulai banyak menelan korban yang tidak
sedikit. Meski hanya berupa studi-studi atau prediksi-prediksi, ada
baiknya kita mewaspadai peringatan ini.
1. Great Barrier Reef Lenyap dalam 20 Tahun
Naiknya
air laut akibat pemanasan global dalam 20 tahun akan menenggelamkan
gugusan karang ajaib ini. Charlie, mantan kepala peneliti di Australian
Institute of Marine Science mengatakan pada The Times: "Tidak ada
harapan, Great Barrier akan lenyap 20 tahun lagi atau lebih. Sekali
karbon dioksida (CO2) menyentuh level seperti yang diprediksi antara
tahun 2030 dan 2060, seluruh karang akan lenyap. Hal ini didukung para
peneliti karang dan juga semua organisasi terkait lainnya. Ini sudah
kritis dan beginilah kenyataanya." (source)
2. Hutan Amazon Akan Berubah Menjadi Gurun
Memiliki
jutaan spesies dan cadangan 1/5 air bersih dunia, hutan Amazon
merupakan hutan hujan tropis terbesar di dunia. Tapi pemanasan global
dan penggundulan hutan membalikkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon
dan merubah 30-60 persen hutan menjadi padang rumput kering.
Proyeksi-proyeksi menunjukkan hutan ini bisa lenyap menjelang tahun
2050.(source)
3. Gurun Sahara Akan Menghijau
Para
ilmuwan melihat tanda-tanda bahwa gurun sahara dan wilayah di
sekitarnya menghijau akibat makin meningkatnya curah hujan. Hujan ini
mampu merevitalisasi wilayah gersangnya sehingga menarik komunitas
petani. Kecenderungan menyusutnya gurun ini dijelaskan oleh model-model
iklim, yang memprediksi kembalinya ke kondisi yang merubah Sahara
menjadi padang rumput subur seperti sekitar 12 ribu tahun yang lalu.(source)
4. Angin Topan Akan Bertiup Lebih Dahsyat
Belum
bisa dijelaskan apakah global warming bertanggung jawab atas terjadinya
badai Katrina. Tapi ada indikasi-indikasi bahwa global warming akan
menciptakan badai-badai berkategori 5 - badai Katrina sendiri
berkategori 4 saat menghantam Lousiana. Kekuatan badai dimulai dari
adanya air hangat dan model-model ramalan menunjukkan badai di masa
depan akan menjadi lebih dahsyat seiring dengan naiknya temperatur
lautan. Global warming juga membuat badai-badai itu lebih destruktif
dengan naiknya permukaan laut yang memicu banjir yang lebih besar di
wilayah pesisir. (source)
5. London Tenggelam Tahun 2100
Tidak
hanya karang dan pulau-pulau landai yang terancam global warming.
Faktanya sebuah ancaman besar juga menghantui wilayah kota besar di
wilayah pantai yang beresiko tenggelam di bawah air akibat naiknya
permukaan laut. Lusinan kota-kota dunia termasuk London dan New York
bisa saja lenyap tenggelam menjelang akhir abad ini, menurut penelitian
yang menyebutkan global warming akan mengakibatkan naiknya permukaan air
laut lebih cepat dari yang diprediksi sebelumnya. London termasuk kota
besar yang beresiko tinggi seperti digambarkan dalam sebuah film tahun
2007 berjudul "Flood". Menurut para ahli kota ini akan tenggelam tidak
sampai 100 tahun lagi. (source)
6. Hewan-hewan yang Menyusut
Studi
baru menyebutkan bahwa bahwa spesies-spesies hewan mengalami penyusutan
rata-rata hingga 50 persen dari massa tubuhnya dalm 30 tahun terakhir.
Penelitian awal terhadap domba menduga bahwa musim dingin yang lebih
pendek dan ringan membuat domba-domba itu tidak menambah berat badannya
untuk bertahan hidup pada tahun pertama hidupnya. Faktor seperti ini
dapat juga mempengaruhi populasi ikan. Para peneliti menyebutkan
perubahan iklim ini bisa mengganggu rantai-rantai makanan, dimana
predator di puncak rantai makanan yang paling terpengaruhi karena
menyusutnya mangsa. (Source 1 | Source 2)
7. Kepulauan Indonesia Kehilangan Ribuan Pulaunya
Akibat
global warming, sedikitnya 2000 pulau kecil di kepulauan Indonesia
mungkin akan hilang sebelum yahun 2030 danhal ini diperparah sebagai
konsekuensi penambangan liar dan aktivitas lain yang merusak lingkungan.
Indonesia hingga saat ini telah kehilangan sedikitnya 24 dari 17.500
pulau-pulau di wilayahnya. (Source 1 | Source 2)
8. Global Warming Bisa Memicu Terorisme
Global
warming bisa menciptakan kondisi ketidakstabilan di negara-negara
miskin, sehingga memicu terjadinya migrasi dan menjadi tempat subur
berkembangnya terorisme. Kondisi negara yang tidak stabil akibat iklim
yang keras dan tidak menentu menyebabkan banyak orang meninggalkan
negaranya dan karena tekanan beberapa di antaranya bisa melakukan tindak
terorisme. Belum lagi masalah akibat penolakan dari negara yang
didatangi para imigran ini.(Source)
9. Mencairnya Pegunungan Alpen
Tahun-tahun
belakangan ini terlihat pengurangan intensitas salju di wilayah-wilayah
rendah, menyusutnya volume glacier (sungai es), dan juga meningkatnya
cairnya wilayah es beku. Hal ini berdampak langsung pada aktivitas
turisme di musim dingin. Diprediksi glacier-glacier itu akan hilang
antara tahun 2030 dan 2050. Itali dan Swiss telah memutuskan untuk
menggambar ulang batas-batas wilayah mereka akibat berkurangnya
glacier-glacier di Alpine dan menyapu tanda batas-batas wilayah dua
negara itu. (Source 1 | Source 2)
10. Tenggelamnya Kepulauan Maldiva
Wilayah
kepulauan rendah dan flat yang dikelilingi lautan diprediksi akan
ditenggelamkan oleh lautan yang mengelilinginya itu. Hal ini merupakan
berita buruk bagi para penghuninya dan juga bagi dunia pariwisata yang
mengandalkan pantai-pantai berpasir putih dengan air hangatnya. Para
peneliti memberi waktu tidak lebih dari seratus tahun sebelum kepulauan
ini bebar-benar lenyap ditelan samudera. (Source)
Mengerikan
memang, meski hampir semua dari kita mungkin tidak akan mengalaminya,
tetapi anak cucu kitalah yang akan menghadapinya. Mungkin sebagian orang
menganggap isu global warming hanyalah bualan saja, tapi mungkin
sebagian dari kita telah merasakan naiknya temperatur di wilayah
masing-masing jika dibandingkan kira-kira 10 tahun yang lalu. Penulis
sendiri kurang lebih 10-15 tahun yang lalu pernah tinggal di salah satu
kota yang waktu itu hawanya selalu sejuk bahkan menjelang tengah hari
sekalipun. Dan tahun-tahun belakangan kota itu di siang hari panas
teriknya tidak kalah dengan kota Jakarta. Memang belum ada yang
membuktikannya sebagai akibat global warming, tapi satu hal sudah jelas,
sudah waktunya manusia memikirkan kembali untuk menghargai alam dan
bersahabat dengan alam dalam segala aktivitasnya termasuk dalam strategi
pembangunan, baik infrastruktur maupun industri.